Ketika Mataku Tak Lagi Sehijau Tanaman: Tanda-Tanda Mata Kering yang Sering Diabaikan


    Setiap pagi, aku punya ritual kecil yang selalu kunanti: menyiram tanaman-tanamanku sambil menghirup aroma tanah basah yang khas, menyapa daun-daun yang mengembang, dan memungut satu-dua daun kering yang jatuh. Ada ketenangan dalam setiap tetes air yang jatuh ke akar, seperti pengingat bahwa hidup—seperti tanaman—juga butuh perawatan dan perhatian.

    Sejak menepi sebagai kaum suburban, buatku justru masa terbaik untuk hidup lebih sadar—terutama pada bumi dan tubuh sendiri. Aku mulai serius menjalani hidup ramah lingkungan sejak anak-anakku dewasa. Dari membawa tas belanja sendiri, membuat pupuk kompos dari sisa dapur, sampai memilih produk kecantikan dan kebersihan yang bebas kemasan. Semua demi satu hal: menjaga bumi tetap hijau.

    Tapi belakangan, ada satu hal yang rasanya ikut mengering bersamaan dengan musim kemarau tahun ini. Bukan daun, bukan rumput… tapi mataku sendiri.
Mulanya hanya terasa sepet. Lalu bertambah menjadi perih. Kadang seperti ada pasir halus yang mengganjal. Dan paling terasa: cepat sekali lelah saat membaca, menulis, atau bahkan sekadar menatap layar ponsel untuk menjawab pesan komunitas.

    Awalnya kupikir ini cuma efek cuaca atau kurang tidur. Tapi setelah kupelajari dan konsultasi, ternyata ini adalah gejala mata kering.
Tanda-Tanda Mata Kering yang Sering Terabaikan

    Gejala mata kering bukan sekadar rasa tidak nyaman. Ia hadir dengan cara yang halus, nyaris tak terlihat, tapi lama-lama bisa mengganggu aktivitas dan kualitas hidup.

Beberapa gejala yang aku rasakan:
  • Mata sepet saat bangun tidur dan menjelang sore
  • Perih seperti terbakar saat terlalu lama berada di ruangan ber-AC
  • Lelah dan berat saat menatap layar komputer terlalu lama
  • Kadang penglihatan jadi kabur sesaat
  • Mata terasa "kering" bahkan setelah berkedip berkali-kali

Gejala-gejala ini tak hanya menyerang pekerja kantoran atau anak muda yang sibuk menatap layar. Aku yang lebih sering beraktivitas di kebun, di ruang terbuka, pun mengalaminya.

Itulah kenapa aku ingin berbagi, karena #MataKeringJanganSepelein.

Apa Penyebab Mata Kering?

Ternyata penyebab mata kering bukan cuma karena kurang tidur. Banyak faktor yang memengaruhinya, termasuk gaya hidup kita sehari-hari. Beberapa penyebab umum yang perlu diwaspadai:

  • Paparan udara kering atau angin
Aku sering berada di luar rumah. Kegiatan seperti menyiram tanaman saat matahari terik atau berkebun saat angin bertiup ternyata bisa mempercepat penguapan air mata.
  • Usia dan hormon
Di usia 50-an, produksi air mata cenderung menurun. Perubahan hormonal, terutama setelah menopause, berkontribusi besar dalam gangguan kelembapan mata.
  • Terlalu lama menatap layar gadget
Meskipun aku aktivis lingkungan, aku tak lepas dari teknologi. Aku aktif di komunitas daring, sering membuat konten edukasi di media sosial, dan menulis artikel. Saat terlalu fokus, frekuensi berkedip menurun, dan inilah penyebab klasik mata kering.
  • Kurangnya nutrisi tertentu
Kekurangan omega-3 dan vitamin A bisa menyebabkan mata tak mampu mempertahankan kelembapannya.

  • Kondisi medis tertentu atau obat-obatan
Beberapa teman seusiaku yang mengonsumsi obat darah tinggi atau alergi juga mengeluhkan gejala serupa.

  • Polusi dan partikel debu
Ironis, ya? Aku berusaha menjaga lingkungan, tapi tak selalu bisa menghindari polusi udara di kota.

Dampak Mata Kering Jika Dibiarkan

Jangan anggap mata sepet, perih, dan lelah itu hal kecil. Jika dibiarkan, bisa berdampak jangka panjang:

Menurunkan kenyamanan dan produktivitas
Aku jadi enggan membaca buku atau menulis blog komunitas karena mata terasa nyeri.

Membatasi aktivitas harian
Bahkan menyiram tanaman bisa terasa menyiksa kalau mata sedang "rewel."

Memicu komplikasi mata lain
Tanpa kelembapan yang cukup, mata jadi rentan terkena iritasi atau infeksi.

Gangguan penglihatan
Mata kering bisa memicu gangguan penglihatan jangka panjang.

Solusi Ramah Mata: INSTO Dry Eyes

Sebagai pecinta zero waste, aku sangat selektif memilih produk. Tapi ada satu yang menjadi penyelamat saat gejala mata kering mulai muncul:
👉 INSTO Dry Eyes

Produk ini bukan hanya tetes mata biasa. INSTO Dry Eyes bekerja sebagai air mata buatan, membantu melembapkan dan memberikan efek segar pada mata yang kering dan lelah.

Aku suka karena:

Botolnya mungil dan bisa dipakai sesuai kebutuhan

Formulanya ringan, tidak perih saat diteteskan

Efeknya cepat terasa, sangat membantu saat aku harus tampil dalam diskusi daring atau presentasi

Sejak rutin tetesin Insto Dry Eyes, gejala mata sepet, perih, dan lelah mulai berkurang drastis. Aku bisa kembali membaca buku-buku tentang permakultur, menulis artikel soal gaya hidup berkelanjutan, bahkan melakukan workshop kecil bersama ibu-ibu kampung tentang daur ulang tanpa merasa terganggu oleh mata.

Tips Merawat Mata Secara Alami dan Berkelanjutan

Sebagai aktivis lingkungan, aku percaya bahwa pencegahan selalu lebih baik. Berikut beberapa tips yang aku terapkan untuk merawat mata secara alami:

  • Kompres mata dengan air mawar dingin – menyegarkan dan melembapkan
  • Konsumsi biji chia dan ikan berlemak – sumber omega-3
  • Kurangi pemakaian gadget sebelum tidur – berikan mata waktu untuk istirahat
  • Gunakan kacamata pelindung saat berkebun di siang hari
  • Tetap hidrasi – minum cukup air membantu menjaga kelembapan seluruh tubuh, termasuk mata

Dan tentu saja, selalu sedia tetes mata seperti INSTO Dry Eyes di tas saat bepergian. Karena kadang, yang kita butuhkan hanyalah satu tetes segar untuk melanjutkan hari dengan semangat baru.

Menyayangi Mata = Menyayangi Diri Sendiri

    Kadang kita terlalu sibuk menyelamatkan bumi, sampai lupa merawat tubuh yang kita pakai untuk berkarya. Aku percaya, menjaga lingkungan itu penting, tapi menjaga tubuh juga bagian dari cinta yang sama.

    Jika kamu mengalami gejala seperti mata sepet, perih, atau lelah, jangan tunggu lama. Jangan sampai hal kecil jadi besar karena kita menganggapnya sepele.

    Ingat, #MataKeringJanganSepelein. Yuk, sayangi mata kita, sebagaimana kita menyayangi bumi yang terus kita rawat bersama.


Komentar